Ungkap Kekayaan Alam Hutan Purbalingga Melalui Ekspedisi Sisik Naga


Purbalingga – Ekspedisi Sisik Naga berhasil mengungkap sebagian kekayaan alam hutan Purbalingga. Kegiatan yang digelar oleh Perhimpunan Pegiat Alam (PPA) Gasda bekerjasama dengan komunitas pecinta alam itu mendata dan mengdokumentasikan keanekaragaman hayati yang ada di kawasan pegunungan sebelah utara Purbalingga itu.


“Hasil ekspedisi kami setidaknya memberikan gambaran dan referensi ilmiah tentang kekayaan alam hutan kita. Kami mendata dan mendokumentasikan dari sisi aspek biologi, geologi serta sosial-ekonomi-budaya di kawasan Pegunungan Sisik Naga,” ujar Ketua Ekspedisi Sisik Naga, Gunanto Eko Saputro pada Ekspose Hasil Ekspedisi Sisik Naga, Sabtu (09/01).


Kegiatan lapangan dilaksanakan selama enam hari lima malam menyusuri hutan pada 23-29 Oktober 2020 yang dibantu oleh peneliti dari Kelompok Studi Biologi (KSB) Universitas Atmajaya. Sementara pendataan sosial-ekonomi-budaya dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan (Oktober-Desember 2020) di 22 desa yang berbatasan dengan kawasan Pegunungan Sisik Naga.


Menurutnya, ekpedisi tersebut merupakan salah satu upaya untuk menyelamatkan kawasan hutan alam Purbalingga yang masih tersisa. Area tersebut ada di wilayah yang disebut dengan Zona Serayu Utara yang saat ini dibawah pengelolaan Perum Perhutani, KPH Banyumas Timur.


Wilayah tersebut membentang di utara Purbalingga dari Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Kertanegara, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Topografinya berbukit-bukit dan jika dilihat melalui google earth tampak seperti sisik-sisik naga. 


”Oleh karena itu, kami menyematkan sebagai kawasan ‘Pegunungan Sisik Naga’ dan kegiatan ini dinamakan Ekspedisi Sisik Naga,” kata Gunanto.


Keanekaragaman Hayati Melimpah




Hasil ekspedisi menunjukkan keragaman keanekaragaman hayati yang melimpah di Pegunungan Sisik Naga. Misalnya, dari sisi biologi ditemukan ada 24 spesies burung, 15 spesies gastropoda, 8 jenis capung (odonata), 4 spesies herpetofauna. Kemudian ada puluhan jenis tumbuhan bawah, belasan jenis epifit dan puluhan jenis pohon.


“Ini melengkapi berbagai penelitian sebelumnya, misalnya yang dilakukan oleh KSB Atmajaya pada Maret 2018,” kata Gunanto.


Setelah data dikompilasi dan diperbandingkan dengan penelitian sebelumnya, Gunanto menjelaskan, setidaknya ada 46 spesies burung, 20 spesies gastropoda, 15 spesies odonata dan 9 jenis herpetofauna. Selain itu, Pegunungan Sisik Naga juga menjadi ‘rumah’ bagi berbagai macam spesies primata dan mamalia. Keragaman flora juga sangat melimpah yang menyediakan ekosistem yang baik bagi berkembangnya satwa-satwa liar.


Dari berbagai jenis satwa tersebut ada ada beberapa satwa yang dilindungi karena terancam punah. Misalkan, dari keluarga burung ada Elang Jawa (Nizaetus bartelsii), Elang Ular Bido (Spilornis cheela), Elang Hitam (Ictinaetus malaiensis), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris), Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris), Cica Daun Besar (Chloropsis sonnerati), Rangkong Julang Emas (Aceros undulatus), Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris).


Kemudian, dari primata ada Owa Jawa (Hylobates moloch), Lutung jawa (Thracypitecus aruratus) dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Kemudian, dari keluarga mamalia ada Macan Tutul (Panthera pardus melas), Babi Hutan (Sus Schrofa), Kijang (Muntiacus muntjak) dan lainnya. 


Floranya sangat beragam mulai dari tumbuhan bawah seperti aneka rotan, pakis, keladi. Ada tumbuhan epifit, juga tumbuhan berkayu. “Flora langka, seperti anggrek dan kantong semar juga banyak ditemukan di sana,” ujarnya.


Hal ini, lanjut Gunanto, menunjukkan bahwa Pegunungan Sisik Naga merupakan benteng terakhir hutan alam yang ada di Purbalingga. “Tidak ada wilayah lain di Purbalingga yang memiliki hutan dengan keanekaragaman hayati yang melimpah seperti Pegunungan Sisik Naga. Ini harus kita jaga bersama,” kata alumnus Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor itu.


Pegunungan Sisik Naga Hulu Sungai-Sungai di Purbalingga




Selain kaya keanegaragaman hayati, tim penelitik ekspedisi Taufik Katamso menjelaskan kawasan Pegunungan Sisik Naga juga menjadi  hulu bagi setidaknya 19 sungai yang mengalir di Purbalingga. Kemudian, wilayah itu juga merupakan ‘water catchment’ area yang menjadi penyedia air bersih bagi wilayah Purbalingga.


“Kerusakan kawasan hutan Pegunungan Sisik Naga akan berdampak langsung bagi masyarakat Purbalingga,” ujar Taufik.


Fenomena semakin mudahnya kekurangan air bersih di musim kemarau serta banjir dan longsor di musim kemarau salah satunya disebabkan dari kerusakan lingkungan di daerah hulu yang ada di Pegunungan Sisik Naga. Hal ini, ujar Taufik, jika dinilai dengan skala ekonomi sangat besar.


“Hitung saja anggaran jika musim kemarau BPBD semakin banyak harus menyuplai tangki air bersih. Kemudian, kerusakan akibat longsor, banjir yang merusak rumah, infrastruktur dan pertanian. Itu kerugian ekonomi akibat kerusakan hutan,” katanya.


Ancaman Kelestarian Pegunungan Sisik Naga



Kelestarian alam Pegunungan Sisik Naga juga terancam. Tim Ekspedisi Sisik Naga menemukan fakta adanya perburuan liar, fragmentasi habitat dan perambahan hutan. “Temuan di lapangan menemukan fakta tidak terbantahkan bahwa telah terjadi perambahan hutan bahkan sampai wilayah yang merupakan kawasan hutan lindung,” ujar Hijrah Utama, tim peneliti ekspedisi.


Hijrah menjelaskan ada beberapa titik wilayah hutan yang sudah dibuka dan diubah peruntukanya menjadi tanaman produksi seperti albasia, kapulaga dan jembul / glagah arjuna. “Temuan kami, dengan pemetaan yang kami lakukan sepanjang jalur ekspedisi kami yang menyusuri Sungai Kahuripan setidaknya ada 27 hektar kawasan hutan lindung yang sudah dirambah. Itu jelas, kami catat koordinatnya dan ada foto-fotonya,” ujarnya.


Hal itu sejalan dengan temuan tim sosial-ekonomi-budaya yang melakukan wawancara masyarakat sekitar hutan. “Masyarakat sepertinya lebih memandang hutan dari sisi ekonomi,” imbuh Taufik Katamso.


Menurutnya, kearifan lokal masyarakat untuk melestarikan hutan sudah luntur. Adat-istiadat leluhur yang selaras dan menghargai alam sudah tidak dilaksanakan lagi. “Ini tantangan untuk memberikan paradigma konservasi bagi masyarakat sekitar hutan,” ujar Taufik.


Sementara itu, Asper Perhutani BKPH Gunung Slamet Timur Suyono mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Tim Ekspedisi Sisik Naga. Hal itu, akan menjadi rujukan bagi pihak perhutani dalam menjaga kelestarian kawasan hutan lindung yanga da dibawah pengelolaannya.


Suyono tak menampik memang sudah terjadi perambahan hutan lindung. Menurutnya, setidaknya ada sekitar 400 hektar kawasan hutan lindung yang sudah dirambah. “Kami tak tinggal diam, kamis sudah melakukan berbagai kegiatan reboisasi dan penyadaran ke masyarakat,” ujarnya.


Suyono mengajak semua elemen masyararat untuk membantu menjaga kelestarian hutan. “Ini harus menjadi upaya bersama. Saya sangat menyambut baik kegiatan ekspedisi ini. Kelestarian hutan adalah tujuan kita semua,” katanya.


Kawasan hutan di Purbalingga yang berada dalam pengelolaan Perum Perhutani KPH Banyumas Timur sekitar 14.000 hektar yang terbagi menjadi hutan produksi dan hutan lindung. “Hutan lindungnya ada sekitar 10.000 hektar,” katanya.

Ungkap Kekayaan Alam Hutan Purbalingga Melalui Ekspedisi Sisik Naga Ungkap Kekayaan Alam Hutan Purbalingga Melalui Ekspedisi Sisik Naga Reviewed by abesagara on 1/14/2021 Rating: 5

Tidak ada komentar