Faktor Penyebab Banyak Pendaki Tersesat di Gunung / Hutan
Satu minggu ini baik di TV nasional maupun di sosial media ramai berita soal pendaki hilang di Gunung Piramid, Bondowoso. Sebenarnya, apa sih penyebab banyak pendaki tersesat / hilang di gunung atau hutan?
Dari analisis terhadap kumpulan berita pendaki yang tersesat / hilang di gunung yang saya baca pada berbagai media baik nasional maupun internasional, ada satu penyebab umum yang sering membuat pendaki mudah tersesat di gunung, yaitu disorientasi arah.
Disorientasi arah umum terjadi pada setiap pendakian, disorientasi akan berubah menjadi 'tersesat' ketika pendaki tetap melanjutkan perjalanan tanpa melakukan navigasi terlebih dahulu sehingga kemudian pendaki mengikuti jalan yang salah.
Baca juga: Pedoman Yang Harus Dilakukan Jika Tersesat di Hutan Atau Gunung
Disorientasi pada pendaki sering sekali terjadi akibat dari berbagai faktor seperti jarak pandang yang terbatas karena kabut, melakukan pendakian pada malam hari, salah mengikuti jalur, mengambil jalan pintas, dan arogansi pendaki yang terlalu yakin pada kemampuan dirinya sendiri.
Sementara itu, ada dua jenis 'hilang' dalam pendakian. Pertama, hilang karena tersesat. Yang kedua adalah hilang karena musibah / kecelakaan, kebanyakan karena jatuh ke jurang. Tapi bisa saja karena kombinasi keduanya, dimana diawali dengan tersesat, kemudian terjadi kecelakaan fatal.
Tersesat bisa menghampiri siapapun, bahkan pendaki yang sudah bolak-balik mendaki sebuah gunung juga bisa tersesat ketika mengalami disorientasi arah.
Dari buku 'Why People Get Lost' yang ditulis oleh seorang psikolog, Paul Dudchenko, dari lahir, manusia mempunyai naluri tentang arah yang bernama 'kompas mental'. Saat kita berjalan dan menjumpai titik-titik yang kita sudah akrab dengannya, maka perjalanan akan lancar-lancar saja.
Namun, saat titik-titik tersebut tidak kita jumpai, kompas mental kita akan macet, dan membuat kita kehilangan arah. Itulah mengapa sebaiknya jika turun kabut kita harus berhenti dahulu, dan jangan pernah mendaki saat malam hari kecuali visibilitasnya tinggi dan untuk tujuan tertentu.
Untuk itu, akan saya jabarkan satu persatu penyebab dari banyaknya pendaki yang hilang atau tersesat di gunung.
Faktor Pribadi
Kadang karena ego, kita tidak mementingkan keselamatan pribadi dan kelompok. |
1. Mementingkan Ego
Mungkin kamu adalah pendaki berpengalaman. Mungkin kamu sudah akrab dengan gunung tersebut. Atau mungkin kamu punya skill navigasi yang hebat. Tapi hal tersebut jangan lantas membuatmu arogan dan egois. Banyak pendaki yang karena merasa ahli, lantas tidak mengindahkan peraturan dan prinsip pendakian yang ada.
Ego mampu membuat pendaki meremehkan persiapan dan perlengkapan pendakian. Mereka juga sangat yakin akan kemampuan navigasinya dan akan selalu merasa bahwa jalur yang dilaluinya itu merupakan jalur yang tepat dan cepat. Ego ini lah salah satu faktor banyak pendaki menggunakan jalur pintas, bukan jalur resmi.
Ego ini biasanya didorong oleh keinginan untuk show off, pamer, dan ingin merasa berbeda dari yang lain.
2. Tidak Mencari Info Jalur Pendakian
Melakukan riset sebelum mendaki sebuah gunung merupakan hal yang paling penting sebelum kamu mendaki. Apalagi jika kamu baru pertama kali mendaki gunung tersebut. Carilah informasi dari internet, dari teman yang sudah pernah mendaki gunung tersebut, atau dari basecamp mengenai jalur pendakian, pos-pos pendakian, tanda-tanda alamiah penanda jalur, dll.
Walaupun saat mendaki, kamu didampingi oleh pemandu atau orang yang sudah berpengalaman, pengetahuan mengenai jalur yang akan kamu lewati tetap wajib kamu ketahui.
3. Tidak Menguasai Ilmu Navigasi
Ilmu navigasi yang banyak berhubungan dengan peta, angka-angka, dan analisa ini memang bukan ilmu favorit para pendaki gunung. Tapi setidaknya kuasailah navigasi dasar seperti membaca peta dan menentukan arah.
Ketika disorientasi, banyak pendaki yang bingung menentukan arah untuk kembali ke jalur semula sehingga membuat mereka mudah tersesat.
4. Tidak Fokus dan Hilang Konsentrasi
Ketika kita lelah, tubuh kita kehilangan banyak energi dan cairan. Kondisi ini membuat daya fokus dan konsentrasi kita menurun sehingga mampu membuat kita berhalusinasi, kehilangan cara berpikir dan salah mengambil keputusan.
Kelelahan juga membuat kita cenderung menjadi lebih sensitif perasaannya. Ketika melihat atau mendengar sesuatu yang berasal dari halusinasinya ini, kadang pendaki akan menghubungkannya dengan hal gaib atau mistis. Hal ini mampu membuat pendaki mengalami rasa takut yang berlebih sehingga membuatnya berjalan tak tentu arah, keluar dari jalur dan tersesat, lebih parahnya terjadi kecelakaan.
Faktor Teknis
Di area perhutanan pinus, banyak sekali percabangan jalur, sehingga mudah sekali tersesat jika tidak memperhatikan jalan |
1. Menggunakan Jalur Pintas
Kamu tahu nggak? jalur resmi pada sebuah gunung itu dibuat dengan memperhitungkan banyak faktor, terutama faktor keamananan. Tim SAR, Organisasi Pecinta Alam, dan warga sekitar melakukan babat alas membuat jalur pendakian resmi itu menggunakan perhitungan dan perencanaan yang matang.
Pendaki banyak yang tersesat karena mereka keluar dari jalur yang seharusnya. Merasa ahli, pendaki-pendaki ini sok-sokan memilih jalur pintas agar cepat sampai. Padahal hal tersebut sangat berbahaya.
Apa bahayanya? jalur pintas, karena jarang dipakai, maka banyak ditumbuhi oleh semak dan rumput sehingga pada beberapa titik jalur akan tertutup. Nah jika pendaki tidak konsentrasi, maka pendaki dapat memilih jalur yang salah.
2. Terpisah Dari Rombongan
Dalam pendakian, kita mengenal istilah leader, navigator, follower, dan sweeper. Sweeper berperan penting menjaga rombongan agar tidak ada yang terpisah. Namun kadang, kembali lagi pada ego, ketika terdapat rombongan yang tertinggal, rasa tidak sabaran kita akan muncul dan membuat kita terpisah dari rombongan.
Mending kalau yang terpisah itu sudah hafal dengan jalur pendakian, bagaiamana jika yang terpisah itu adalah pendaki pemula? Salah ambil jalan bisa membuat mereka tersesat.
3. Tidak Memperhatikan Sekitar
Terkadang saat mendaki, karena lelah, kita akan berjalan tanpa melihat kedepan melainkan melihat ke arah sepatu alias ke tanah. Dengan berjalan menunduk tentu kita tidak dapat melihat lingkungan sekitar.
Kita tidak akan memperhatikan landmark atau penanda alam tertentu yang dapat mengakrabkan kita pada jalur pendakian. Seperti misalnya sebuah batu besar, atau sebuah pohon roboh yang menjadi penanda sebuah jalur.
Efeknya, ketika terjadi disorientasi, kita akan kebingungan menemukan jalur yang benar karena tidak memperhatikan tanda alamiah pada jalur yang sebelumnya kita lalui.
4. Minimnya Rambu-Rambu Pendakian / Penunjuk Arah
Penyebab pendaki tersesat tidak hanya melulu di sebabkan oleh pendaki itu sendiri, namun juga dari pihak pengelola. Minimnya rambu-rambu peringatan dan penunjuk arah dapat dengan mudah membuat pendaki tersesat.
Kita membayar simaksi sebelum naik gunung itu kan tujuannya untuk pengelolaan, salah satunya pembuatan rambu-rambu pendakian. Jika papan penunjuk jalannya minim, otomatis kita tidak dapat menyalahkan pendaki jika mereka memilih jalur yang berbeda.
Rambu peringatan juga harus dipasang pada beberapa titik, misal rambu larangan keluar jalur, atau rambu peringatan jalur berbahaya.
Faktor Alam & Kondisi Medan
Kabut menjadi sumber disorientasi arah terbesar bagi pendaki. |
1. Perubahan Cuaca
Turunnya kabut atau hujan lebat dapat mengurangi jarak pandang kita. Terbatasnya jarak pandang membuat kita tidak bisa melihat area sekitar sehingga mampu membuat kita disorientasi.
Jika kabut sangat tebal, dan tidak yakin dengan jalur yang akan diambil maka sebaiknya hentikan dulu perjalanan dan buatlah camp sementara.
2. Pendakian Malam Hari
Walaupun didukung dengan senter yang super terang, pendakian pada malam hari tetap membuat jarak pandang kita terbatas. Hal ini sama dengan faktor perubahan cuaca di atas yang membuat kita dapat dengan mudah kehilangan arah.
Terbatasnya jarak pandang membuat tanda alam tertentu yang bisa menjadi pendanda sebuah jalur tidak dapat terlihat dan memungkinkan kita untuk mengambil jalur yang salah.
3. Area Perkebunan Penduduk
Pada saat awal memulai pendakian, kita pasti akan melewati jalur perkebunan penduduk. Disini akan ditemui banyak sekali percabangan yang jika tidak teliti bisa membuat kita salah ambil jalur. Untuk itu setiap bertemu dengan penduduk sekitar bertanyalah kepada mereka mana jalur pendakian yang benar.
4. Sabana
Sabana merupakan area padang rumput yang sangat luas. Saking luasnya, tidak ada tanda alam yang pasti untuk menentukan mana jalur pendakian yang benar. Satu-satunya yang bisa kita lakukan hanyalah mengikuti terusan dari jalur yang kita lalui sebelumnya.
Namun bagaimana jika menemui percabangan? jalur mana yang harus diambil? nah disinilah pentingnya rambu-rambu jalur pedakian oleh pengelola. Jika tidak ada rambu, lihatlah dimana posisi puncak berada dan ikutilah jalan tersebut.
Namun kadang ada beberapa jalur yang sama-sama menuju ke arah puncak. Disinilah kadang pendaki yang belum hapal jalur akan tersesat. Maka dari itu pastikan selalu membawa peta pendakian dan informasi jalur pendakian sebelum mendaki.
5. Kawasan Puncak
Puncak gunung seperti gunung semeru, slamet, rinjani, merapi, dll tidak terdapat vegetasi di puncaknya. Yang ada hanyalah pasir, batu, dan kerikil. Kondisi ini dapat membuat kita selalu merasa berada di tempat yang sama.
Jika tidak diantisipasi dengan melakukan orientasi arah sebelumnya, maka kita dapat tersesat di puncaknya ini. Seharusnya jalur turun ada di barat, kita justru turun lewat utara.
Kebanyakan pendaki yang tersesat di Gunung Semeru dan Gunung Slamet disebabkan karena disorientasi saat hendak turun dari puncak.
Demikian lah analisis penyebab banyaknya pendaki yang tersesat di gunung dan hutan. Selalu persiapkan dirimu baik mental maupun teknikal sebelum melakukan pendakian. Karena gunung itu bukan tempat wisata, melainkan tempat berbahaya yang dapat mengancam nyawa.
Salam Survival!
Baca juga: Agar Tidak Tersesat di Blank 75 Gunung Semeru
...
Kalian bisa baca-baca puluhan ebook tentang survival dan dunia petualangan luar ruang yang sudah kami kumpulkan disini.
Agar selalu update info terbaru: Follow instagram @indosurvival & Like Fanpage Facebook Indosurvival
Sumber:
- https://www.outdoorlife.com/10-reasons-people-get-lost-in-wild/
- https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/05/21/m4d1mg-inilah-penyebab-pendaki-gunung-semeru-tersesat
- https://www.bantennews.co.id/ini-penyebab-enam-mahasiswa-untirta-tersesat-di-gunung-pulosari/
- https://manado.tribunnews.com/2017/04/05/terungkap-penyebab-banyak-pendaki-hilang-di-gunung-semeru
- https://kumparan.com/@kumparannews/mengapa-siti-yang-dinyatakan-hilang-bisa-bertahan-4-hari-di-rinjani
- https://jatim.idntimes.com/news/jatim/vanny-rahman/seorang-pendaki-hilang-di-gunung-arjuno-ini-kronologi-lengkapnya/full

Penulis: Abeng Sagara
Merupakan salah satu pendiri dari indosurvival.com dan merupakan seorang nomaden, selalu berpindah tempat dan tidak punya alamat tetap, mengikuti kemana uang berhembus. Kalian bisa mengenal lebih dekat dengan mengunjungi blognya yang berisi curhatan pribadi di www.abesagara.com
Faktor Penyebab Banyak Pendaki Tersesat di Gunung / Hutan
Reviewed by indosurvival
on
7/05/2019
Rating:

ada banyak faktor yang perlu diperhatikan ya. Baik dari faktor pribadi sendiri, teknis, serta lingkungan :)
BalasHapusterima kasih banyak untuk infonya mas
betul, sama sama mas, semoga bermanfaat
Hapuswah banyak faktor juga ya, makanya harus ahti2 benar dan diperhitungkan dg matang
BalasHapusiya, harus hati-hati kalau mau naik gunung
BalasHapus